Facebook SDK

Catatan sowan ke Yai Thoifur Mawardi, santri senior Sayyid Muhammad Al-Maliki yang sering bermimpi Baginda Nabi


Musim haji itu bukan hanya tentang ibadah, thowaf, atau i’tikaf di Masjidil Haram saja. Para ulama kita - dari berbagai penjuru dunia - sejak dulu menjadikan musim haji sebagai ajang untuk silatul ilmi, menyambung ikatan keilmuan satu sama lain, saling mengalap berkah satu sama lain, saling bertukar sanad satu sama lain, padahal mereka adalah mereka, para kekasih Allah yang memiliki kemuliaan tiada tara. 

Sowan dan duduk bersama ahlil ilmi di tanah suci tentu bukan “sowan” biasa, pahalanya dilipatgandakan 100 rb x. Tak heran, pengarang Syarah Jurmiah Mukhtashor Jiddan, Sayyid Ahmad Zaini Dahlan ( guru para ulama-ulama besar seperti Syaikhona Kholil, Kh. Hasyim Asyari, Habib Ali Al-Habsy dll ) pada suatu ketika pernah menyesal sedalam-dalamnya, ketika tidak bisa bertemu Habib Abu Bakar Al-Atthos ( Guru Futuh Habib Ali Al-Habsy ) di Makkatul Mukarromah. Padahal beliau sudah seharian menunggu di Masjidil Haram, melihat ke seluruh penjuru masjid dengan harapan dapat bertemu dengan Habib Abu Bakar, sampai pada akhirnya beliau mendapat kabar jika Habib Abu Bakar sudah pulang setelah melaksanakan thowaf wada’, Sayyid Ahmad Zaini Dahlan berusaha mengejar, namun jarak Habib Abu Bakar sudah sangat jauh. akhirnya Sayyid Ahmad Zaini Dahlan menulis sebuah surat kepada Habib Abu Bakar. Yang salah satu isinya adalah :


‎ فأسأل اللّٰه تعالىٰ أن يجيرني في هذه المصيبة العظيمة وأن يمن بسرعة الإجتماع بهذه البلدة الكريمة وأسألكم العفو والسماح من هذا التقصير الذي لايفعله إلا أقبح القباح 


“saya meminta kepada Allah agar menguatkan saya dalam musibah yang sangat besar ini, dan semoga Allah segera memberi anugrah berupa pertemuan antara kita di kota mulia ini, dan saya meminta ridho dan maaf kepada panjenengan atas sikap sembrono saya yang tidak dilakukan kecuali oleh seburuk-buruknya orang ini “ 

Hari ini, bakda Ashar waktu Makkah, setelah mengajak jamaah Kbih Al-Gratis healing dan jalan-jalan ke Jabal Tsur, Arofah, Mina, dan tempat-tempat bersejarah lainnya. saya diberi anugrah oleh Allah untuk sowan ke salah satu santri senior Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki. Yai Thoifur Mawardi Purworejo yang terkenal sebagai sosok yang sering bermimpi Baginda Nabi Saw. saya gunakan kesempatan emas ini untuk meraup ilmu dan faidah sebanyak-banyaknya dari beliau. 

Saya meminta nasehat kepada beliau karena saya masih terbilang kiai “amatiran”, masih sangat muda dan minim pengalaman. beliau memberi nasehat :


“akhlak.. yang dilihat masyarakat sebelum ilmu adalah akhlak “ 


Saya lalu bertanya kepada beliau, tentang amalan apa yang membuat beliau sering bermimpi bertemu Rasulullah Saw. beliau menjawab itu karena “barokah” amalan dari Abuya Sayyid Al-Maliki, dan alhamdulillah beliau berkenan mengijazahkannya kepada saya. Inti amalannya adalah mendoakan guru, terlihat sederhana tapi punya power yang luar biasa. Mengingatkan saya akan dawuh salah satu guru saya Ustadzna Saudi :

“mendoakan guru kita, jauh lebih bermanfaat bagi kita daripada mendoakan diri kita sendiri “ 

saya juga bertanya tentang sumur Thoifur yang masyhur di Rushoifah itu, apa betul itu sumur temuan beliau dengan isyarat dari Rasulullah ? 

Beliau bercerita, bahwa dulu Abuya Sayyid Muhammad ingin membuat sumur, lokasi sudah beliau tentukan, tapi beliau meminta Yai Thoifur untuk istikhoroh dulu. Setelah istikhoroh, Yai Thoifur bermimpi menimba sumur, ketika timba sudah hampir sampai ke atas, ternyata yang ada dalam timba bukan air, melainkan Rasulullah Saw. Akhirnya Abuya menggali sumur di lokasi itu, dan alhamdulillah sumbernya besar dan jernih. 

Ditengah-tengah sowan, beliau menyuruh putranya Gus Alwi untuk menelpon Gus Qosim, putra beliau yang alumni Ribath Tarim, dulu tahun 2018 kami pernah haji bareng dari Tarim. diantara perbincangan yang saya dengar adalah nasehat beliau kepada Gus Qosim ( yang sedang membadali agenda pengajian beliau ) : 

“aku ini sudah tua, tapi sehari ngajar 13 x, belum ceramah-ceramah ke luar “ 

Setelah menelpon putranya, beliau bercerita kepada saya kalo pagi-siang-sore-malam, beliau selalu punya jadwal ngaji, bahkan beliau juga mengajar anak-anak kecil bagaimana cara melakukan sholat dan beribadah yang benar. beliau juga menyimak sendiri bacaan Al-Quran santri-santrinya. 

Saya bertanya : “ boten njen wakili ke ustadz-ustadz maon kiai ? “ 

“tidak.. mereka kan maunya ngaji ke saya “ jawab beliau. 

Saya juga tak lupa meminta doa untuk pondok pesantren di rumah, khususnya pondok putri yang baru dibuka tahun ini. dan yang membuat saya terkejut, untuk melancarkan rezeki dan memudahkan proses pembangunan, beliau memberi saya amalan untuk membaca Al-Waqiah 14 x setelah ashar, sama seperti amalan Kiai Abdul Jalil Sidogiri yang Saya dapatkan dari Mas Abdul Adhim. kata beliau bisa nyuruh para santri, setiap santri baca 14 x.

“santrine sing moco, kiaine sing sugih “ canda beliau sambil tertawa 

Terakhir, Semoga yai Thoifur yang sekarang berusia 66 tahun diberi kesehatan dan kekuatan, dan semoga dengan wasilah beliau kita bisa mendapat barokah Abuya Sayyid Muhammad Al-Maliki dan para guru beliau lainnya. Aamiiin 

Sekian catatan sowan ke Yai Thoifur Mawardi, Ismael Al-Kholilie menulis dan melaporkan dari Makkatul Mukarromah.😊🙏

*Makkah, Sabtu, 25 Juni, 2022. Pukul 19.09 Waktu KSA

Sumber fb Lora ismail Al-Kholilie

2 Comments

Silahkan komentar dengan bahasa yang baik dan benar

Post a Comment

Silahkan komentar dengan bahasa yang baik dan benar

Previous Post Next Post