ini adalah Tired dari @Nasikin_MA di twitternya silahkan simak
Adakah sobat twitland yang mengenali beliau berdua ini?
Beliau berdua adalah Maulana Al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Pekalongan dan Syaikhona wa Murabbi Ruhina KH. Abdullah Salam, Kajen, Pati. Mbah Dullah, begitulah panggilan KH Abdullah Salam. Berperawakan gagah, hidung mancung, mata menyorot tajam. Kumis & jenggotnya yg putih perak, menambah wibawanya. Hampir selalu tampil dgn pakaian putih-putih bersih, menyempurnakan kebersihan raut mukanya yang sedap dipandang. Melihat penampilan dan rumahnya yg tdk lebih baik dari gotakan tempat tinggal santri2nya, mungkin org akan menganggapnya miskin; atau minimal tdk kaya.
Tapi tengoklah; setiap minggu sekali pengajiannya diikuti oleh ribuan org dari berbagai penjuru dan semuanya disuguh makan. Setiap hari beliau menerima tamu dari berbagai kalangan yg rata2 membawa masalah utk dimintakan pemecahannya.
Mulai dari persoalan keluarga, ekonomi, hingga yg berkaitan dgn politik. Dari rakyat jelata sampai pejabat pemerintah Ketika beliau masih menjadi pengurus (Syuriah) NU, aktifnya melebihi yang muda-muda. Beliau tidak pernah absen menghadiri musyawarah semacam Bahtsul masaail, pembahasan masalah-masalah yang berkaitan dengan agama, yang diselenggarakan wilayah maupun cabang. Pada saat pembukaan muktamar ke 28 di Situbondo, panitia meminta beliau (atas usul kiai Syahid Kemadu) utk membuka Muktamar dengan memimpin membaca Fatihah 41 kali.
Dan beliau jalan kaki dari tempat parkir yg begitu jauh ke tempat sidang, semata2 agar tdk menyusahkan panitia. Semasa kondisi tubuh beliau masih kuat, beliau juga melayani undangan dari berbagai daerah untuk memimpin khataman Qur'an, menikahkan orang, memimpin doa, dsb.
Ketika kondisi beliau sudah tidak begitu kuat, orang-orang pun menyelenggarakan acaranya di rumah beliau. Kiai sepuh haamilul Qur’an ini, meskipun sangat disegani dan dihormati termasuk oleh kalangan ulama sendiri, beliau termasuk kiai yg menyukai musyawarah. Beliau bersedia mendengarkan bahkan tak segan-segan meminta pendapat orang lain, termasuk dari kalangan yg lebih muda. Beliau rela meminjamkan telinganya hingga untuk sekedar menampung pembicaraan-pembicaraan sepele orang awam. Ini adalah bagian dari sifat tawaduk dan kedermawanan beliau yang sudah diketahui banyak orang.
Post a Comment
Silahkan komentar dengan bahasa yang baik dan benar