A. Awal Berdiri
Pada
awalnya ada seorang Kyai bernama Sajadi sekitar tahun 1946, mendirikan langgar
atau musholla bertempat disebelah barat kalen/selokan belakang Masjid
yang sekarang. Kemudian sekitar tahun 1948 mbah Dullah Fatah mewakafkan
sebidang tanah ±
100 ubin di timur kalen/selokan yang menjadi tempat Masjid
Al-Huda sekarang. Karena sudah ada tanah Wakaf maka musholla yang di barat
kalen/selokan itu dipindah menempati tanah wakaf tersebut. Karena Kyai
Sajadi sudah berusia lanjut mulai repot, imam musholla dipercayakan kepada kyai
Ahmad dari karang pace lebeng. Tetapi Kyai Ahmad tidak kerasan di
gembongmalang akhirnya pindah meninggalkan gembongmalang. Imam mushola
dilanjutkan oleh Kyai Jazuli yang menjadi menantu Kyai Sajadi. Pada tahun 1952
terjadi Geger pemberontakan DITII, masyarakat bubar pergi mengungsi ke berbagai
tempat untuk menyelamatkan diri. Disaat rumah kosong banyak rumah dirusak dan
dibakar termasuk mushola di tanah wakaf tersebut habis terbakar. Sekitar tahun
1955 geger sudah mulai reda, masyarakat dihimbau kembali menempati dusun
cigebret, tetapi perumahannya dikumpulkan dan dikelilingi pagar jaro (bambu
dibelah diruncingi ujungnya) pada saat itu tempat ibadahnya menghidupkan
langgar panggung yang posisi tempatnya berada ditengah-tengah perumahan yang
dipercaya menjadi imam bapak Mukti. Pada tahun 1957 bapak Mukti diangkat
menjadi perangkat desa sarwadadi (menjadi tukang uang). Imam digantikan oleh bapak
Durrohman panggilannya Yang Dur karena faktor usia, semakin repot maka
pada tahun 1958 imam digantikan oleh bapak Kyai Kholawi karena urusan rumah
tangganya bermasalah maka pada tahun 1959 bapak Kyai Kholawi mengundurkan diri
dari imam kemudian imam digantikan oleh Kyai Soleman menantu Kyai Jazuli pada saat
itu Kyai Jazuli belum pulang ke cigebret. B. PERKEMBANGAN
- Merehab bangunan masjid menjadi bangunan permanen dalam waktu 4 bulan atau 120 hari dengan dana gotong-royong masyarakat terkumpul berupa uang menghabiskan Rp. 3.614.100,-
- Merehab bangunan serambi menjadi bangunan permanen selama ± 40 hari dengan dana gotong-royong terkumpul Rp. 1.687.000,-
- Menetapkan nama masjid dengan “MASJID AL-HUDA”
- Membangun rumah tempat tinggal Kyai di depan masjid dengan memindahkan bekas bangunan serambi yang tadinya rumah kyai ada di barat masjid
- Mengganti soko guru masjid dari kayu menjadi Beton dilapisi keramik
- Membangun kulah tempat wudlu
- Melengkapi kepungurusan membentuk seksi PHBI
- Mengubah Khotib tunggal menjadi bergilir
- Mengadakan kultum sebelum Jum’at secara bergilir
- Memberi Kesra Kyai dari separo hasil kotak infak jum’at
- Memberi garapan sawah wakaf secara bergilir pada masyarakat dengan bagi hasil (maro) tetapi karena kurang efektif maka akhirnya dengan sistem dijual tahunan kecuali garapan Kyai yang merupakan kesra Kyai
- Mengadakan tukang kebun ( Juru bersih) dengan kesra 1 kwintal padi satu tahun, yang sekarang diganti dengan menggarap sawah.
Dengan Fadol dan Hidayah Alloh masyarakat banyak yang berminat untuk
mewakafkan tanah baik sawah atau pekarangan, yang tadinya tanah masjid tidak
sampai di tepi jalan menjadi sampai ke tepi kejalan depan masjid.
- Mbah Bau Kasal 40 Ubin
- Bapak H. Abdul Hamid 8 Ubin
- Masyarakat Kolektif 8 Ubin
- Bapak Muhtarudin 3 Ubin (untuk meluruskan batas sebelah utara Masjid)
- Mbah Bangsa Dimeja 100 Ubin
- Mbah Liyah 50 Ubin
- Mbah Kanan 40 Ubin
- Mbah Sukardi 40 Ubin
- Mbah Suryadi 70 Ubin
- Mbah Mukti 75 Ubin
- Bapak Partiman 30 Ubin
- Bapak H. Abdurohman (Diran) 50 Ubin Sawah
- Bapak Astrajaya 50 Ubin Sawah
- Bapak Mad Kasiyan 70 Ubin Sawah
- Ibu Marinah 21 Ubin Sawah
- Ibu Samirah 56 Ubin Pekarangan
C. PENGURUS TA'MIR
Tahun 1991-2007 kepengurusan Ta’mir masjid Al-Huda diketuai oleh Kayim sumbardi sekretaris Bapak Zenudin (guru) bendahara KH. Abdurrohim Ma’ruf . Kemudian tahun 2008-2010 Kepengurusan Ta’mir ketua Bapak Zaenudin wakil ketua H. Drs Ibrahim Sekretaris Bapak Munawir bendahara I Bapak Sikun Benadahara II H. Bowo. Setelah Kyai Soleman meninggal dunia imam diteruskan oleh Kyai Khasiban Jadid putra Kyai Soleman dan imam jum’at diteruskan Kyai Jamil Mansur.
Tahun 2011-2013 Kepengurusan Ta’mir ketua H. Drs Ibrahim Sekretaris bapak Munawir bendahara harian bapak Sikun Benadahara Pembangunan bapak Ngadino dan H. Rosidan kepengurusan ini merencanakan merehab total bangunan inti masjid dan serambinya dengan anggaran yang cukup besar penggalian dana dengan sistem jatah setiap kepala keluarga namun system ini tidak efektif karena masyarakat ada yang merasa sangat terbebani, sehingga pengurus belum bisa memulai pembangunan ditambah ada kekisruhan imam jum’at karena sejak kepengurusan periode bapak Zaenudin mengundurkan diri bapak Kyai Jamil Mansur juga ikut mengundurkan diri dari imam jum’at. Dan saat itu imam jum’at digantikan oleh bapak Kyai Mutaqin (alm) putra dari Kyai Jazuli.
Kekisruhan imam jum’at mulai mereda setelah Kepengurusan Ta’mir dirubah dengan ketua bapak Legino Masrur Abad selaku Kepala Dusun cigebret Sekretaris bapak Salim Barkah bendahara harian bapak Sikun Benadahara Pembangunan bapak Ngadino, sejak saat itu pengumpulan dana dikembalikan sistem lama yaitu tarikan setiap panen dengan jatah sukarela dibatasi dan menawarkan secara umum untuk berjariyah tanpa dibatasi jumlahnya. Dan imam jum’at dikembalikan kepada Kyai Jamil Mansur.
Sejak itulah rehab total bangunan Masjid dimulai serta menambah ukuran panjang dan lebarnya. Pembangunan rehab ini dilakukan secara bertahap agar bisa digunakan sholat jum’atan, pembangunan rehab total belum selesai 100% bapak Legino Masrur Abad meninggal dunia maka ketua ta’mir diteruskan oleh bapak Kayim Sumbardi selaku Wakil ketua, kepengurusan ini berjalan sampai akhirnya diadakan pemilihan Ketua Ta’mir secara demokrasi adapun calon ketua ta’mir adalah :
- Bapak Mohammad Mahrus mewakili kaum muda
- Bapak Surono mewakili keluarga (Dinasti)
- Bapak Kayim Sumbardi mewakili Kasepuhan
- Bapak Munawir mewakili umum
D. DEWAN KEHORMATAN MAJID / DKM
- Kyai Jamil Mansur ( Ketua )
- KH. Abdurohim Ma’ruf ( Anggota )
- KH. Taufiq Hidayat ( Anggota )
- KH. Achmad Sahli ( Anggota )
- Bapak Hadi Suparno ( Anggota )
- Kyai Jamil Mansur (Ketua DKM)
- KH. Abdurohim Ma’ruf (Anggota)
- KH. Taufiq Hidayat (Anggota)
- KH. Achmad Sahli (Anggota)
- Bapak Hadi Suparno (Anggota)


Semoga sampai ahir zaman
ReplyDeleteAmiiin
Post a Comment
Silahkan komentar dengan bahasa yang baik dan benar