Facebook SDK

A. Awal Berdiri

    Pada awalnya ada seorang Kyai bernama Sajadi sekitar tahun 1946, mendirikan langgar atau musholla bertempat disebelah barat kalen/selokan belakang Masjid yang sekarang. Kemudian sekitar tahun 1948 mbah Dullah Fatah mewakafkan sebidang tanah ± 100 ubin di timur kalen/selokan yang menjadi tempat Masjid Al-Huda sekarang. Karena sudah ada tanah Wakaf maka musholla yang di barat kalen/selokan itu dipindah menempati tanah wakaf tersebut. Karena Kyai Sajadi sudah berusia lanjut mulai repot, imam musholla dipercayakan kepada kyai Ahmad dari karang pace lebeng. Tetapi Kyai Ahmad tidak kerasan di gembongmalang akhirnya pindah meninggalkan gembongmalang. Imam mushola dilanjutkan oleh Kyai Jazuli yang menjadi menantu Kyai Sajadi. Pada tahun 1952 terjadi Geger pemberontakan DITII, masyarakat bubar pergi mengungsi ke berbagai tempat untuk menyelamatkan diri. Disaat rumah kosong banyak rumah dirusak dan dibakar termasuk mushola di tanah wakaf tersebut habis terbakar. Sekitar tahun 1955 geger sudah mulai reda, masyarakat dihimbau kembali menempati dusun cigebret, tetapi perumahannya dikumpulkan dan dikelilingi pagar jaro (bambu dibelah diruncingi ujungnya) pada saat itu tempat ibadahnya menghidupkan langgar panggung yang posisi tempatnya berada ditengah-tengah perumahan yang dipercaya menjadi imam bapak Mukti. Pada tahun 1957 bapak Mukti diangkat menjadi perangkat desa sarwadadi (menjadi tukang uang). Imam digantikan oleh bapak Durrohman panggilannya Yang Dur karena faktor usia, semakin repot maka pada tahun 1958 imam digantikan oleh bapak Kyai Kholawi karena urusan rumah tangganya bermasalah maka pada tahun 1959 bapak Kyai Kholawi mengundurkan diri dari imam kemudian imam digantikan oleh Kyai Soleman menantu Kyai Jazuli pada saat itu Kyai Jazuli belum pulang ke cigebret. 
    Setelah dinyatakan benar-benar aman tahun 1961, masyarakat diperbolehkan menempati kembali tanah pekarangan masing-masing. Atas perintah kepala dusun (Bau Karto). Masyarakat supaya memindahkan rumah bekas POS Keamanan yang ada didekat pertigaan dekat TK Masyitoh 3 Sarwadadi atau wetan toko bapak Partono sekarang ke tanah wakaf sebagai tempat ibadah. Maka sejak itu langgar panggung mulai ditinggalkan. Jum’atan mulai menempati tanah wakaf kembali, dengan imam jum’at Kyai Jazuli, imam harian dan guru ngaji Kyai Soleman, pada tahun 1963 masyarakat bergotong-royong membangun masjid yang diketuai oleh Mbah Sungeb sekretaris Sadiri dan bendahara Jaya Krama. Maka terbentuklah bangunan Masjid walaupun masih sangat sederhana. Setelah Kyai Jazuli meninggal dunia imam dilanjutkan oleh Kyai Soleman merangkap imam harian dan guru ngaji.


B. PERKEMBANGAN

    Setelah bapak Sadiri dan bapak Jaya Krama meninggal dunia pada tahun 1983 membentuk pengurus baru yang diketuai oleh Kyai Jamil Mansur, sekretaris Ahmad Sahli dan bendahara Kamso (H. Hasan) kepengurusan baru ini berjalan ± 7 tahun yaitu 1983-1990. Dengan pertolongan dan Ridlo Alloh Swt serta keguyuban masyarakat pengurus dapat berhasil menyelesaikan berbagai kegiatan antara lain :
  1. Merehab bangunan masjid menjadi bangunan permanen dalam waktu 4 bulan atau 120 hari dengan dana gotong-royong masyarakat terkumpul berupa uang menghabiskan Rp. 3.614.100,-
  2. Merehab bangunan serambi menjadi bangunan permanen selama ± 40 hari dengan dana gotong-royong terkumpul Rp. 1.687.000,-
  3. Menetapkan nama masjid dengan “MASJID AL-HUDA”
  4. Membangun rumah tempat tinggal Kyai di depan masjid dengan memindahkan bekas bangunan serambi yang tadinya rumah kyai ada di barat masjid
  5. Mengganti soko guru masjid dari kayu menjadi Beton dilapisi keramik
  6. Membangun kulah tempat wudlu
  7. Melengkapi kepungurusan membentuk seksi PHBI
  8. Mengubah Khotib tunggal menjadi bergilir
  9. Mengadakan kultum sebelum Jum’at secara bergilir
  10. Memberi Kesra Kyai dari separo hasil kotak infak jum’at
  11. Memberi garapan sawah wakaf secara bergilir pada masyarakat dengan bagi hasil (maro) tetapi karena kurang efektif maka akhirnya dengan sistem dijual tahunan kecuali garapan Kyai yang merupakan kesra Kyai
  12. Mengadakan tukang kebun ( Juru bersih) dengan kesra 1 kwintal padi satu tahun, yang sekarang diganti dengan menggarap sawah.

Dengan Fadol dan Hidayah Alloh masyarakat banyak yang berminat untuk mewakafkan tanah baik sawah atau pekarangan, yang tadinya tanah masjid tidak sampai di tepi jalan menjadi sampai ke tepi kejalan depan masjid.

Adapun yang mewakafkan tanah pekarangan antara lain :
  • Mbah Bau Kasal                            40 Ubin
  • Bapak H. Abdul Hamid                  8 Ubin
  • Masyarakat Kolektif                       8 Ubin
  • Bapak Muhtarudin                         3 Ubin (untuk meluruskan batas sebelah utara Masjid)
Adapun yang mewakafkan tanah sawah antara lain :
  • Mbah Bangsa Dimeja                  100 Ubin
  • Mbah Liyah                                      50 Ubin
  • Mbah Kanan                                    40 Ubin
  • Mbah Sukardi                                  40 Ubin
  • Mbah Suryadi                                  70 Ubin
  • Mbah Mukti                                     75 Ubin
  • Bapak Partiman                               30 Ubin
       Jumlah ukuran tersebut setelah diadakan pengukuran bidang masing-masing yang ada. Tahun 1991-2007 kepengurusan Ta’mir masjid Al-Huda diketuai oleh Kayim sumbardi sekretaris Bapak Zenudin (guru) bendahara KH. Abdurrohim Ma’ruf pengurus periode ini meneruskan dan merapihkan bangunan yang sudah ada dan menambah bangunan palastren, juga menerima tambahan tanah wakaf antara lain:
  • Bapak H. Abdurohman (Diran)     50 Ubin Sawah
  • Bapak Astrajaya                               50 Ubin Sawah
  • Bapak Mad Kasiyan                        70 Ubin Sawah
  • Ibu  Marinah                                    21 Ubin Sawah
  • Ibu Samirah                                      56 Ubin Pekarangan

C. PENGURUS TA'MIR


    Tahun 1991-2007 kepengurusan Ta’mir masjid Al-Huda diketuai oleh Kayim sumbardi sekretaris Bapak Zenudin (guru) bendahara KH. Abdurrohim Ma’ruf . Kemudian tahun 2008-2010 Kepengurusan Ta’mir ketua Bapak Zaenudin wakil ketua H. Drs Ibrahim Sekretaris Bapak Munawir bendahara I Bapak Sikun Benadahara II H. Bowo. Setelah Kyai Soleman meninggal dunia imam diteruskan oleh Kyai Khasiban Jadid putra Kyai Soleman dan imam jum’at diteruskan Kyai Jamil Mansur.

    Tahun 2011-2013 Kepengurusan Ta’mir ketua H. Drs Ibrahim Sekretaris bapak Munawir bendahara harian bapak Sikun Benadahara Pembangunan bapak Ngadino dan H. Rosidan kepengurusan ini merencanakan merehab total bangunan inti masjid dan serambinya dengan anggaran yang cukup besar penggalian dana dengan sistem jatah setiap kepala keluarga namun system ini tidak efektif karena masyarakat ada yang merasa sangat terbebani, sehingga pengurus belum bisa memulai pembangunan ditambah ada kekisruhan imam jum’at karena sejak kepengurusan periode bapak Zaenudin mengundurkan diri bapak Kyai Jamil Mansur juga ikut mengundurkan diri dari imam jum’at. Dan saat itu imam jum’at digantikan oleh bapak Kyai Mutaqin (alm) putra dari Kyai Jazuli.

    Kekisruhan imam jum’at mulai mereda setelah Kepengurusan Ta’mir dirubah dengan ketua bapak Legino Masrur Abad selaku Kepala Dusun cigebret Sekretaris bapak Salim Barkah bendahara harian bapak Sikun Benadahara Pembangunan bapak Ngadino, sejak saat itu pengumpulan dana dikembalikan sistem lama yaitu tarikan setiap panen dengan jatah sukarela dibatasi dan menawarkan secara umum untuk berjariyah tanpa dibatasi jumlahnya. Dan imam jum’at dikembalikan kepada Kyai Jamil Mansur.

    Sejak itulah rehab total bangunan Masjid dimulai serta menambah ukuran panjang dan lebarnya. Pembangunan rehab ini dilakukan secara bertahap agar bisa digunakan sholat jum’atan, pembangunan rehab total belum selesai 100% bapak Legino Masrur Abad meninggal dunia maka ketua ta’mir diteruskan oleh bapak Kayim Sumbardi selaku Wakil ketua, kepengurusan ini berjalan sampai akhirnya diadakan pemilihan Ketua Ta’mir secara demokrasi adapun calon ketua ta’mir adalah : 

  1. Bapak Mohammad Mahrus mewakili kaum muda
  2. Bapak Surono mewakili keluarga (Dinasti)
  3. Bapak Kayim Sumbardi mewakili Kasepuhan
  4. Bapak Munawir mewakili umum
      Setelah diadakan pemungutan suara terpilih sebagai Ketua Ta’mir Periode 2017-2022 adalah bapak Kayim Sumbardi dari wakil Kasepuhan kemudian melengkapi Kepengurusan dengan wakil ketua bapak Munawir Sekretaris bapak Ahmad Husnul Mujib Bendahara harian bapak Saeful Bendahara Pembangunan bapak Ngadino.

D. DEWAN KEHORMATAN MAJID / DKM

setelah terbentuknya pengurus ta'mir masjid kemudian membentuk Dewan Kehormatan Masjid (DKM) dengan susunan DKM sebagai berikut :
  • Kyai Jamil Mansur               ( Ketua )
  • KH. Abdurohim Ma’ruf       ( Anggota )
  • KH. Taufiq Hidayat              ( Anggota )
  • KH. Achmad Sahli               ( Anggota )
  • Bapak Hadi Suparno          ( Anggota )
    Sejarah singkat ini disusun oleh Ketua Ta’mir bekerja sama dengan DKM, sampai sejarah ini ditulis kepengurusan sudah merapihkan bangunan masjid merehab Serambi dan Pelastren sudah mencapai  85%. Adapun aset kekayaan Masjid Al-Huda gembongmalang yang permanen adalah tanah sawah = 596 ubin dan tanah pekarangan = 215 ubin jadi total = 811 ubin

Penulisan sejarah singkat Masjid Al-Huda selesai pada hari Senin Wage tanggal 27 Sofar 1440 H/ 5 Nopember 2018 jam 14.00 wib.
Ketua Ta’mir

TTD

( Kyai Sumbardi )

Mengetahui Dewan Kehormatan Masjid (DKM)
  • Kyai Jamil Mansur             (Ketua DKM)
  • KH. Abdurohim Ma’ruf     (Anggota)
  • KH. Taufiq Hidayat             (Anggota)
  • KH. Achmad Sahli              (Anggota)
  • Bapak Hadi Suparno         (Anggota)

E. PENUTUP

Sebagai penutup kita seharusnya patutu bersyukur kepada Alloh swt yang selalu memberikan taufiq hidayah dan inayah sehingga sampe ditulisnya artikel ini keberadaan dan keberlangsungan Masjid Al Huda Gembongmalang masih Lestari semoga sampai akhir zaman sebagai mana para pendiri dan harapan para Muwakif atau orang yang mewakafkan harta bendanya..

1 Comments

Silahkan komentar dengan bahasa yang baik dan benar

Post a Comment

Silahkan komentar dengan bahasa yang baik dan benar

Previous Post Next Post